
Gunung Lewotobi Laki‑Laki Meletus Lagi, Abu Vulkanik Capai 18 km dan Evakuasi Warga
Intro
Gunung Lewotobi Laki‑Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali meletus pada 3 Agustus 2025. Kolom abu membumbung hingga ketinggian 18 km di atas puncak gunung, memaksa ratusan warga di sekitar kawasan terdampak untuk mengungsi. Badan Geologi Indonesia segera meningkatkan status gunung menjadi Siaga Level III dan menerapkan zona bahaya radius 4 km dari kawah aktif.
Letusan ini merupakan yang kedua dalam rentang waktu satu bulan terakhir, menunjukkan aktivitas vulkanik yang cukup signifikan di kawasan tersebut. Warga setempat mengaku mendengar dentuman keras disertai getaran tanah sebelum kolom abu muncul. Banyak yang segera mengungsi ke posko sementara yang telah disiapkan oleh pemerintah daerah.
Pemerintah daerah bekerja sama dengan TNI, Polri, dan relawan untuk mempercepat proses evakuasi dan distribusi bantuan. Fokus utama diarahkan pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil yang membutuhkan penanganan khusus selama situasi darurat ini.
Penyebab & Proses Letusan
Para ahli vulkanologi menduga bahwa letusan kali ini disebabkan oleh akumulasi gas vulkanik yang tinggi di bawah permukaan kawah. Tekanan besar tersebut akhirnya memicu letusan eksplosif yang melemparkan material vulkanik dalam jumlah besar ke udara. Fenomena ini umum terjadi di gunung berapi tipe stratovolcano seperti Lewotobi Laki‑Laki.
Data seismograf menunjukkan peningkatan aktivitas gempa vulkanik dangkal beberapa hari sebelum letusan. Hal ini sebenarnya sudah menjadi peringatan dini bagi otoritas untuk meningkatkan pengawasan dan mempersiapkan rencana kontinjensi. Peningkatan aktivitas juga terlihat dari perubahan warna air kawah dan suhu di sekitar area puncak.
Fenomena ini menjadi perhatian internasional karena ketinggian kolom abu mencapai 18 km, yang berpotensi memengaruhi lalu lintas udara. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun mengeluarkan peringatan penerbangan (VONA) dengan kode warna merah untuk area udara di sekitar Flores Timur.
Dampak terhadap Lingkungan & Kesehatan
Letusan menyebabkan hujan abu di beberapa desa sekitar, menutup lahan pertanian dan merusak tanaman pangan. Abu vulkanik yang halus terbawa angin hingga menjangkau wilayah pesisir dan sebagian kota kecil di sekitar kawasan. Warga harus menggunakan masker dan pelindung mata untuk menghindari iritasi serta gangguan pernapasan.
Sumber air bersih di beberapa titik ikut terkontaminasi oleh abu vulkanik. Pemerintah segera mendistribusikan air bersih dan masker kepada penduduk terdampak. Tenaga medis pun diterjunkan untuk mengantisipasi gangguan kesehatan, terutama pada anak-anak dan lansia.
Ekosistem di sekitar gunung juga ikut terdampak. Satwa liar tampak bermigrasi menjauh dari area kawah, sementara beberapa jalur pendakian resmi ditutup untuk menghindari risiko kecelakaan. Penutupan sementara ini akan berlangsung hingga kondisi dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
Tanggapan Pemerintah & Reaksi Publik
Pemerintah pusat menyatakan dukungan penuh terhadap langkah tanggap darurat yang dilakukan pemerintah daerah. Menteri ESDM menginstruksikan Badan Geologi untuk meningkatkan pemantauan dan memberikan laporan berkala setiap enam jam. Sementara itu, BNPB mengirimkan logistik tambahan seperti tenda darurat, makanan siap saji, serta tim trauma healing.
Masyarakat luas menunjukkan kepedulian tinggi, terlihat dari maraknya penggalangan dana dan distribusi bantuan sukarela melalui organisasi kemanusiaan. Media sosial ramai dengan tagar #PrayForLewotobi yang menjadi trending, menunjukkan solidaritas publik terhadap korban bencana alam.
Sebagian warga yang tinggal di sekitar area bahaya mengaku enggan kembali ke rumah sebelum kondisi benar-benar aman. Mereka berharap pemerintah segera memberikan kepastian dan solusi jangka panjang, termasuk relokasi permanen untuk desa-desa yang masuk zona rawan tinggi.
Penutup
Letusan Gunung Lewotobi Laki‑Laki menjadi pengingat akan potensi bahaya alam yang selalu ada di Indonesia sebagai negara cincin api. Meski tidak ada korban jiwa, dampak ekonomi dan sosialnya cukup signifikan, terutama bagi warga yang kehilangan mata pencaharian sementara. Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama untuk memulihkan kondisi dan memperkuat mitigasi bencana di masa depan.
Dengan pemantauan yang ketat, edukasi kebencanaan, dan kesiapan infrastruktur, risiko dari letusan berikutnya bisa diminimalisir. Bencana ini sekaligus menegaskan pentingnya kesiapan menghadapi fenomena alam ekstrem di tengah perubahan iklim global.
Referensi: Times Union