Limbah Kulit Gelam Ancam Liang Anggang
REPUBLIKPOST.COM – Kawasan Liang Anggang, Kota Banjarbaru memang terkenal sebagai wilayah penghasil serta pusat penjualan kayu jenis gelam atau
yang kerap disebut galam dalam bahasa Banjar.
Pastinya, ketika melintasi Jalan Ahmad Yani (jurusan
Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut), pada kedua sisi jalan sangat jelas terlihat menjamur
para penjual kayu gelam. Mereka menjajakan tumbuhan dengan nama latin Melaleuca leucadendra tersebut dengan
kondisi sudah tanpa kulit atau siap dipergunakan.
Namun, ditengah dominasi profesi penghasil kayu gelam yang
turut andil besar terhadap Pendapat Asli Daerah (PAD) Kota Banjarbaru.
Ternyata, sejumlah masalah baru justru mengancam kawasan tersebut. Persoalan
itu ialah limbah hasil kayu gelam yang kian hari kian menggunung.
"Inilah yang kembali menjadi pekerjaan rumah saya sebagai pimpinan di wilayah ini," ujar Lurah Landasan Ulin Selatan, Adi Royan ketika dikunjungi Republikpost.com di ruang kerjanya, belum lama ini.
Tumpukan jualan kayu gelam di tepi jalan Liang Anggang, Kota Banjarbaru. Foto/Bpost/Milna Sari |
Tingginya permintaan terhadap kayu gelam dituding sebagai penyebab awal munculnya masalah tersebut. Sebab, para pelanggan kebanyakan memesan kayu gelam yang sudah dikupas kulitnya.
Disisi lain, tingginya pesanan membuat sebagian pengrajin
kewalahan. Sehingga, limbah yang harusnya dapat dikelola menjadi terbengkalai
begitu saja.
"Dari sinilah awal mula penumpukan limbah yang berasal
dari kulit kayu galam tersebut," kata Adi dengan raut wajah datar.
Adi pun mengaku mulai menyiapkan formula untuk mengatasi
masalah lingkungan yang mengancam wilayahnya. Dalam langkah awal, ia akan
menggandeng perguruan tinggi agar limbah yang biasanya dibuang tersebut dapat
menghasilkan pemasukan tambahan bagi masyarakat.
"Untuk mengelola limbah tersebut saya akan bekerja sama
dengan pihak Fakultas Teknik, Prodi Kesehatan Lingkungan, yang ada di
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru," bilangnya.
Limbah kulit kayu gelam ancam kawasan Liang Anggang, Kota Banjarbaru. Foto/Istimewa/Net |
Nantinya, kata Adi, apabila program itu mulai direalisasikan, maka para pengrajin tak perlu lagi pusing memikirkan soal limbah yang dihasilkan. Pun dalam mempermudah jangkauan masyarakat, pengelolaan limbah akan dilakukan terpusat di satu titik.
"Insya Allah kita berdoa saja mudah-mudahan apa yang diinginkan bisa segera terwujud. Sehingga tidak hanya kota yang bersih, tetapi juga masyarakat akan sejahtera. Intinya itu harapan saya," tuntasnya seraya optimis upaya itu mampu mengatasi persoalan yang terjadi. (rp)
Posting Komentar untuk "Limbah Kulit Gelam Ancam Liang Anggang"